(Aceh) Menyusuri Sumatera
Kali ini kami berada di kota paling ujung di provinsi Sumatera Utara.
Binjai, yap kota ini adalah kota terakhir yang akan kami lewati sebelum memasuki provinsi aceh. Saat sampai di binjai kami memutuskan untuk makan terlebih dahulu. seperti biasa mengeluarkan kompor portable dan membuat kopi menjadi daya tarik kami berdua, ternyata masyarakat disini belum banyak mengetahui tentang kompor satu ini. Wajar saja jarang wisatawan luar kota untuk singgah di kota ini membuat masyarakat penasaran dengan kompor yang kami bawa.
Setelah makan kami berdua melanjutkan perjalanan menyusuri Sumatera. target untuk hari ini ialah berada di provinsi aceh, berjalan kaki sembari mencari tumpangan, truck demi truck melewati kami begitu saja, "de ada truck pertamina" ujar febri. Kita berdua tau bahwa truck pertamina tidak di perbolehkan untuk menumpang tapi kami tetap gigih untuk mendapatkan tumpangan. Angkat jempol menjadi senjata andalan kami, "feb trucknya stop ayoo kejar. Dengan tergesa - gesa kami berlari membuka pintu truck" ayoo bang masuk" ujar supir truck.
Kami berdua pun akhirnya menaiki truck, seperti biasa mengobrol dengan para supir truck membuat kami berdua berfikir bahwa sebenarnya pekerjaan supir truck membawa logistik dan bahan pokok sehari - hari buat masyarakat adalah pekerjaan yang penuh dengan resiko tinggi bahkan nyawa pun menjadi taruhannya.
Tanpa Supir Truck Bahan Pokok Masyarakat tidak akan sampai di pelosok negeri ini, Salut Buat Supir Truck.
Disebabkan truck yang kami tumpangi ini berbeda arah dengan terpaksa kami pun harus turun dan berpisah tidak lupa kami ucapkan terima kasih.
Kembali berjalan kaki dengan penuh ambisi kami percaya bahwa target hari ini untuk sampai provinsi aceh, disaat kami berjalan tiba - tiba ada sebuah sepeda motor stop didepan kami dan memberikan kami minuman dingin dan beberapa snack.
- "waduh terima kasih banyak bang" ujar saya, "semangat yahh bang hati - hati diperjalanan semoga selamat sampai aceh".
Sekedar Informasi aja, banyak orang baik diluar sana jangan ragu - ragu untuk memulai perjalanan.
Kami berdua menjadi semakin semangat. Disaat seperti ini kami memutuskan untuk mencari tumpangan dari truck, mobil pribadi bahkan motor entah siapa yang angkut kami berdua yang penting target untuk hari ini tercapai.
Tidak lama berselang keliatan dari jauh sebuah motor stop dan memperhatikan kami berdua. Saya pun langsung mengangkat tangan dan berlari mendatangi motor tersebut.
Febri : de itu siapa
Dede : sudah amann aja aku datangin dulu
Febri : yauda sana
Saya bercerita mengenai perjalanan kami berdua kepada dia dan ternyata ia menawarkan tumpangan untuk sampai di kota Lhokseumawe. "Feb sinii cepatt" dengan nada yang tinggi, febri pun berlari.
Dede : Kita dapat tumpangan feb sampai kota Lhokseumawe tapi gonceng 3 gimana mau kah
Febri : loh ayoo de
Wah akhrinya dapat juga tumpangan gapapa motor yang penting sampai provinsi aceh, motor melaju dengan kencang melewati beberapa daerah dan kebun tidak terasa 3 jam kami berada di atas motor terlihat dari Kejauhan Tugu Perbatasan Sumatera Utara Dan Aceh.
Melesat dengan kencang tanpa menggunakan helm bisa dibilang kami bertiga ini bocah nekat. Usut punya usut ternyata yang kami tumpangi ini adalah seorang. Mahasiswa yang berkualiah di kota Lhokseumawe dan dia juga menawarkan untuk menginap bersama di sebuah kontrakan.
Febri : de bangun de
Dede : ngantuk aku
Febri : ini kita diatas motor awas jatuh kamu
Dede : iyaa feb
Tidak terasa hari sudah sore kami masih dijalan dan sudah 5 jam kami berbonceng 3 membuat badan terasa pegall menahan beban tas yang kami bawa, bang tio memutuskan untuk beristirahat sejenak sembari menunggu teman mereka yang kebetulan satu arah menuju kota Lhokseumawe.
Setelahnya istirahat sejenak dan menunggu kawan bang tio, kami kembali melanjutkan perjalanan. hari sudah gelap dan terjadilah musibah ban motor yang saya tumpangi bocor dengan terpaksa kami mencari tambal ban. Kami sampai di kota Lhokseumawe itu pukul 10 malam, perjalanan yang melelahkan dan pastinya seruu.
Sesampainya di kontrakan kami berdua membersihkan badan dan mencuci muka tidak lama berselang kami pun langsung tidur.
Alarm berbunyi itu menandakan kita harus bersiap melanjutkan perjalanan, setelah Berpamitan dengan bang tio kami memutuskan untuk mencari warung untuk isi tenaga sebab target untuk hari ini ialah Banda Aceh.
Kami sudah di provinsi aceh tujuan selanjutnya kota Banda Aceh yang penuh dengan sejarah. "De kamu pesen kopi gak" febri bertanya. Pesan lah feb, ini pertama kali aku rasain kopi aceh.
Dede : feb kopinya patenn sih
Febri : iyaa eh de, beda memang sama kopi lain
Dede : ituu sudahh, ayoo makann
Setelah mengisi tenaga kami langsung melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki, kata beberapa orang yang saya temui saat dijalan "banyak yang mengatakan di aceh ini orang tidak mengetahui apa arti jempol yang kalian maksud". Ternyata emang bener mencari tumpangan di aceh tidak seperti apa yang kami bayangkan, sangat sulit mencari tumpangan di aceh.
"de aku gak enak badan" ujar febri. "Hah serius feb". Yauda ayoo kita istirahat dulu mungkin kurang makan kali kamu.
Febri : aku kayaknya ngga cocok sama makanan aceh de
Dede : waduhh, kayak apa sudah itu kalau emg bener, gak ada lagi feb makanan khas jawa disini.
Febri : yauda de istirahat aja dulu
Dede : iyaa istirahat sana feb. Ada gubuk tuh.
Febri : maaf de bikin repotin
Dede : loh santai feb, toh kita sudah di provinsi aceh juga. Mau ke puskesmas kah feb
Febri : ngga usah de, aku tidur aja dulu biasanya habis tidur enakan sudah.
Disaat febri tidur, saya merenungkan perjalanan ini. berluntang - lantung selama 2 minggu, banyak pelajaran - pelajaran yang kudapatkan selama dijalan.
Sebenarnya dunia itu tidak jahat, hanya kamu saja dan lingkungan mu yang menganggap dunia ini jahat. Coba rasain main kejalan hidup dijalan bertemu dengan orang orang yang belum kita kenal dan memgenal kebudayaan masyarakat setempat. Saya yakin pikiran dunia itu jahat perlahan - lahan akan menghilang di ganti dengan dunia itu indah.
Febri : de ayo lanjut
Dede : gimana udah enakan belum
Febri : sudah de
Dede : yaudaa ayoo
Kami langsung bergerak mencari tumpangan "feb ayo naik" saya berteriak. Truck melaju dengan kencang melewati beberapa desa tidak lama kemudian febri kembali tertidur. Kebetulan truck yang kami tumpangi tidak ada muatannya membuat truck ini seperti lambhorgini wkwkwk. "bang sampai sini aja" ujar supir.
"Feb bangun bangun, ayoo turun". Kami berdua tidak lupa mengucapkan terima kasih. Kembali berjalan kaki hanya ada satu yang dipikiran kami berdua ini hanya banda aceh. Disaat berjalan kaki kami melewati beberapa desa melewati sekolah. Ada satu kejadian di saat berjalan kaki, anak - anak pada takut sama kami berdua ntah apa yang ada dipikiran mereka melihat kami berdua dengan tas carrier, yang jelas dia ketakutan. Ada yang sudah pulang dari sekolah saat melihat kami berdua mereka kembali ke sekolah bahkan beberapa warga pun melihat kami berdua ini seolah - olah penjahat.
Usut punya usut saya bertanya pada saat membeli rokok kepada salah satu warga. ternyata "beberapa hari sebelumnya ada penculikan anak kecil di desa yang kami lewati ini dan penculiknya menggunakan tas gunung seperti abang". Ujar warga desa
Dede : kirain kenapa feb
Febri : muka mu de mirip penculik anak kecil
Dede : muka ku mirip adipati boy
Febri : ayoo sudah lanjut de, udah mau sore ini
Kembali melanjutkan perjalanan mencari tumpangan tidak jauh dari warung kami mendapatkam tumpangan berupa mobil pick up, melihat goggle maps "wah ternyata dekat lagi feb sampai banda aceh kurang 3 jam aja ini kita sampai banda aceh" Ujar saya. Kami pun tetap semangatt akibat terlalu bersemangat mobil yang kami tumpangin kena RAZIA. Tamatlah kita bedua.
Diperaturan mobil pick up di larang mengangkut orang, akibat kami berdua yang dimana seharusnya bersembunyi atau nunduk disaat lampu merah, kami berdua malah berdiri melihat pemandangan kota.
Polisi : stop pak
Abang : kenapa pak
Polisi : itu kenapa kamu ngangkut orang
Abang : dia minta ikut pak
Polisi : yauda kamu saya tilang, mana sim dan stnk bapak
Abang : ini pak, gara - gara kalian saya kena tilang (sambil menunjuk ke arah kami berdua)
Dede : bang kami minta maaf
Abang : minta maaf sama polisi sana
Febri : pak polisi minta maaf
Polisi : iyaa saya maafkan abang supir itu tetap saya tahan sntk dan simnya.
Kami berdua langsung ditinggal oleh abang supir, mungkin abang supirnya kesal kali yah. Wkwkwkw
Setelah kejadian itu kami memutuskan untuk tidak mencari tumpangan melainkan mencari warung disebabkan kami laparr wkwkw, energi harus penuhhh buat mencapai banda aceh.
Hari semakin soreee kami masih yakin bisa sampai banda aceh di malam hari maka dari itu kami berdua tetap berjalan kaki mencari tumpangan.
Febri : de mobil pick up angkat jempol
Dede : ini kita gak kena tilang lagi kan
Febri : ngga de wkwkwk
Mobil pick up tersebut stop di depan kami tanpa banyak tanya kami berdua langsung naik. "Feb semoga aja ini sampai banda aceh". mudahan aja de.
Matahari mulai terbenam, mobil yang kami tumpangi pun mulai berhenti. Ternyata oh ternyata kami berdua tidak sampai di banda aceh. Tidak lupa menyempatkan untuk berfoto melihat keindahan sunset.
Dede : feb gimana gas gak nih
Febri : gas aja de, target kita sampai banda aceh
Dede : yakin kah gelap loh ini kanan kiri hutan
Febri: yakinn de
Kami lanjut berjalan tiba" ada seorang menghampiri kami berdua menggunakan motor dan bertanya tujuan kami ke banda aceh.
Warga : ini ada rezeki buat kalian berdua di jalan
Febri : gak usah pak kami sudah ada bekal di tas
Warga : ambill aja ini buat kalian beli rokok dijalan atau makan
Febri : kami ada rokok pak
Warga : gapapa ambil aja dek, buat kalian ini rezeki jangan ditolak
Kami pun tidak bisa menolak rezeki dari warga tersebut yauda kami terima dan uangnya kami masukkan ke dalam project food not boms. Hari semakin gelap jujur aja saya pribadi takut akan tetapi febri yakin malam ini kita sampai banda aceh.
Hal - hal yang berbau negatif saya buang jauh dari pikiran saya anggap saja lagi naik gunung. Tiba tiba disaat berjalan kaki kami melihat seorang wanita lagi duduk di sebuah warung yang gelap, kami bertanya kepada dia tetapi jawabannya aneh, lain ditanya lain juga di jawabnya. "Wah gak beres ini feb" saya nyeletuk.
Dede : orang gila ini feb
Febri : iyakah de
Dede : kita loh tanya masjid jawabannya kuntilanak, apa gak gila wkwkw
Febri : iyaa juga sih
Dede : ayo lanjut aja feb takut aku
Kami berdua lanjut berjalan kaki meninggalkan perempuan tersebut, hari sudah gelap kanan kiri kami hanya pohon- pohon besar. Saya penasaran dengan perempuan tersebut ternyata perempuan itu mengejar kita berdua
Dede : feb orang gila ngejar kitaa
Febri : hah masa de ayoo larii
Keadaan pada saat itu jalanan sepi dan kami sedang berada didesa yang dimana jarak rumah antar rumah itu sangat jauh.
berteriak sambil berlari "mama Tolong mama" menjadi kenangan tak terlupakan.
Sepatu saya lepas tanpa berfikir panjang febri berlari sekencang mungkin dan orang gila itu masih mengejar.
Tunggu Selanjutnya di perjalanan menyusuri Sumatera (Aceh Part 2)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar